Selasa, 06 Januari 2015

The Last: Naruto the Movie



Banyak yang kecewa dengan movie terakhir Naruto. Tapi beberapa suara mengatakan novelnya jauh lebih worth-it. Jadi? Saya pilih novelnya, tentu.
Dan memang, saya jadi paham kenapa ada yang marah-marah. Selain karena Naruto akhirnya memilih Hinata, para tokoh 'laku' benar-benar cuma setor muka di sini. Sasuke? Dia hanya muncul TIGA halaman. Kakashi juga, tak lebih dari 10 halaman porsinya. Para karakter keren lain? Lupakan saja.

Dari segi cerita, terlepas banyak aksi, tetap bukan fokus pada jurusbaru atau pertarungan. Buku ini tidak seperti Naruto manga, ini lebih seperti...
Star Wars Episode 2? Minus dialog bikin gubraks, tentunya (saya suka SW, tapi Anakin mendingan belajar ngerayu, deh).

Intinya, kalau mau melihat bagaimana Naruto akhirnya memilih Hinata, buku inilah jawabannya. Dan kesampingkan suara negatif yang ngotot alasan itu 'maksa', satu kata dari Sakura sudah menjelaskan 'alasan' itu. 

Saya terutama suka epilognya, yang memang sesuai untuk Last ini. 

Terima kasih atas 15 tahun yang panjang dan sering kali bosan, Kishimoto-Sensei!
Setidaknya saya nggak akan lupa, anda masih bisa bikin saya nangis membaca episode tertentu. Tapi plis, tepati janji, ya. Akhiri di sini semuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar