Sabtu, 17 Desember 2016

Otaku ni Koi wa Muzukashii



Narumi adalah OL biasa...setidaknya itulah yang terlihat di luar, karena sebenarnya dia adalah seorang otaku, tepatnya fujoshi akut. Patah hati dengan rekan kerjanya membuat Narumi mengundurkan diri dari tempatnya bekerja, dan pindah ke tempat lain. Tanpa disangka-sangka, di sana dia malah bertemu Hirotaka, teman sepermainannya sejak kecil. Hirotaka yang ganteng tapi super datar sebenarnya juga seorang otaku, walau lebih cenderung ke video game.

Sejak kecil, Hirotaka sebenarnya sudah menyukai Narumi. Karena itu, ketika suatu malam Narumi mengeluhkan peruntungan jodohnya yang apes melulu (padahal kalau di game selalu lancar jaya), Hirotaka pun menyatakan perasaannya. Awalnya, karena sesama otaku dan berbeda selera, hubungan keduanya tidaklah semulus itu (walau tidak lantas bertengkar). Tapi toh Narumi tahu akan perhatian Hirotaka padanya (cowok yang bahkan rela diajak berkeliling di event penuh barang BL), dan pasangan otaku ini pun menjalani kehidupannya yang penuh 'warna', dan kadang diramaikan pula dengan pasangan otaku lainnya di kantor mereka, serta adik Hirotaka yang entah kenapa jomblo melulu padahal tak kalah menariknya dengan sang kakak.

Sabtu, 05 November 2016

SOUL CATCHER(S)



Bisa melihat 'hati' orang lain, itulah anugrah yang dimiliki Kamine Shouta. Tapi, baginya itu lebih seperti kutukan karena dia hanya bisa melihat, tidak lebih. Sejak kecil, tak ada yang percaya padanya, termasuk ayahnya sendiri. Sang ayah berakhir ditipu teman baiknya, padahal Kamine sudah memperingatkannya, karena dia melihat sendiri hati orang tersebut 'berbahaya'.

Suatu hari, tanpa sengaja Kamine mendengar permainan saxophone yang 'menggerakkan' hati orang lain. Pemandangan yang tak pernah dia lihat ini mendorongnya untuk berkenalan dengan Tokisaka Hibiki, pemain sax tersebut. Kamine penasaran kenapa hati Tokisaka yang mampu mengguncang orang lain seolah remuk redam karena suatu hal. Tokisaka mengakui, ada orang yang ingin dia gugah dengan musiknya, tapi tak kunjung membuahkan hasil. Kamine, yang untuk pertama kalinya merasakan kesempatan untuk memanfaatkan matanya dengan benar, membantu Tokisaka. Lewat pengalaman ini, Tokisaka menemukan jalan bagi Kamine; menjadi konduktor.

Walau awalnya enggan dan takut, kesungguhan Tokisaka yang menyebut dirinya 'teman' akhirnya membawa Kamine pada kelompok orkes tiup sekolah mereka. Perjalanan yang tidak mudah, karena para part leader yang masing-masing memendam masalah tidak lantas menerimanya. Tapi, Kamine yang sudah bosan menyerah memutuskan, dia takkan mundur dan akan menjadi konduktor yang diakui oleh kelompok orkes ini.

Komik ini memang tidak sedetail Nodame Cantabille dari segi pengetahuan musiknya, atau super menggugah seperti Piano Hutan. Tapi, penyampaiannya yang fantasi ini lebih cocok bagi saya. Humor-humor di dalamnya, seperti Tokisaka yang hatinya langsung jadi bapak-bapak picik begitu cemburu, atau para part leader yang gemar menggoda Kamine dan cewek yang diam-diam naksir padanya. Bukan sesuatu yang 'baru', tapi dikemas dengan sangat apik.

Rabu, 21 September 2016

Ohitori Shokudo


Kedai Sei-chan adalah rumah makan kecil yang tidak menyolok. Hanya punya 7 kursi, dan dikelola oleh Seiichiro, pemuda pemalu berkacamata yang meneruskan rumah makan ini sejak ayahnya tiada. Tidak ada menu istimewa, tapi selalu punya pengunjung karena rasa masakannya yang dinilai 'rasa masakan ibu' dan kebersihannya.

Seiichiro yang kerap dipanggil Sei-chan sebenarnya punya sisi lain yang tak pernah diduga oleh para pelanggan; dia seorang gitaris rock band yang cukup terkenal. Rekan-rekannya tentu saja tahu tentang ini, dan tak pernah protes, kecuali bahwa tour selalu hanya bisa di hari Sabtu, Minggu atau libur panjang Obon dan tahun baruan (karena pelanggan yang kebanyakan pekerja kantoran hanya libur di saat itu).

Komik ini tidak menjual gambar makanan yang sangat menggoda seperti banyak komik kuliner pada umumnya, tapi nuansa slice of life yang disajikan di dalamnya sangat bagus dan tidak memberikan konflik sok berat atau kompetitif tidak penting. Stereotype ayah keras kepala yang kolot pun tak ada di sini (almarhum ayah Sei-chan digambarkan sering menonton konser putranya, bahkan sampai dive segala).
Selain kehidupan ga
nda Sei-chan, poin drama lain kisah ini adalah bagaimana Sei-chan berinteraksi dengan pengunjung perempuan - yang mana salah satunya menjadi pemicu untuk buka sampai malam (kedai makan perkantoran biasanya hanya beroperasi siang). Sei-chan yang polos mudah jatuh hati dengan pengunjung, tapi karena sikap pemalu dan memang belum beruntung, dia tetaplah jomblo yang disukai orang-orang sekitarnya.

Satu-satunya keluhan saya untuk komik ini hanyalah kurangnya masakan yang tampil di dalamnya, tapi tidak mengurangi nilai positifnya, yang nyaris sempurna (penilaian super subjektif saya).
 

Minggu, 07 Agustus 2016

Boku no Gakkou no Ansatsubu



Fukasaku Reiji hanyalah anak SMA biasa, yang mendambakan punya tubuh tinggi (karena dia mentok di 150-an). Hobinya bermain game perang, walau dia sendiri bukan tipe yang 'haus kekerasan'. Tapi, untung tak dapat ditolak, suatu malam dia menyaksikan seorang gadis dengan seragam sekolahnya membunuh seorang pria. Alih-alih ketakutan, Reiji malah mengaku, dia tak keberatan kalau memang mesti dibunuh gadis secantik ini.

Jawaban itu membawa Reiji pada ekskul 'elite' di sekolahnya; Klub Pembunuh Bayaran. Sebuah kegiatan yang ternyata dibiayai oleh pemerintah, sebagai pentuk perlawanan umat manusia terhadap invasi makhluk yang disebut 'Dolphin-Human'. 'Dolphin-Human' adalah makhluk misterius yang hidup di dalam kepala manusia. Semua manusia yang memelihara Dolphin - secara singkat - akan menjadi psikopat. Tak peduli pandangan orang lain, dan selalu berlaku memuakkan. Dan sebagai tambahan masalah, mereka senang membunuh manusia, dengan cara paling menyakitkan. Anak-anak muda dipilih dan dilatih sebagai pembunuh karena sejauh ini Dolhin terbukti hanya menginvasi kepala manusia dewasa. Plus, obat khusus untuk meningkatkan kekuatan - Elan Vital - yang sangat berguna dalam pertempuran hidup-mati ini hanya bisa digunakan oleh mereka yang relatif remaja.

Melalui ujian dan berbagai pelatihan keras, Reiji pelan-pelan terbiasa dengan kegiatan klubnya. Dia juga semakin dekat dengan Yukari, gadis yang membawanya ke dunia perburuan ini. Yukari sendiri menunjukkan ketertarikan serupa pada Reiji. Namun, sayang, Yukari kemudian terbunuh dalam sebuah baku tembak. Reiji yang kehilangan harapan sempat berpikir untuk hengkang dari klub, tetapi sebuah insiden membuatnya kembali menggenggam senjata. Tapi, stress yang dialaminya tidaklah semudah itu pulih, apalagi kemudian hadir Shiima, anggota baru, yang berpotensi membuat traumanya kembali menyerang. Shiima sendiri juga punya trauma berat, dimana seluruh anggota klubnya terbunuh dengan kejam di depan matanya.

Khas Fukami Makoto, novel ini penuh adegan kekerasan yang agak gore dan tentu saja, ada karakter yang gay (Bi, tepatnya). Karakter-karakter selain Reiji dan Shiima pun sangat menarik, dan tak ada yang 'paling sakti' atau bisa membereskan satu kompo musuh seorang diri. Semua butuh bantuan, bahkan dari pihak yang tak terduga sekalipun, seperti konsultan psikiater. Yap. Itulah poin plus saya pada cerita ini. Jagoan sekalipun butuh yang namanya bantuan tenaga ahli. Hal yang rada langka dalam light novel sekarang ini.

Yang saya agak sayangkan, walau endingnya relatif memuaskan, adalah tidak adanya penyelesaian terhadap 'Dolphin-Human' secara keseluruhan. Wajar sebenarnya, mengingat induk Dolphin yang paling berbahaya mendekam jauh di dasar laut, yang tak mungkin dicapai anak-anak belaka.

Minggu, 10 April 2016

Harmony



Capek bacanya, itu komen pertama saya buat buku ini.
Bukan karena gaya bahasa sih, tapi lebih ke istilah-istilah asing (kalau nggak mau disebut gaje!) di dalamnya.

Harmony bercerita tentang dunia masa depan, dimana kehidupan manusia sangat dijaga oleh dunia, dengan memanfaatkan teknologi...mungkin semacam nanomachine, ya? Pokoknya, di dalam diri manusia ditanamkan program yang mendeteksi dan menyarankan segala hal, mulai dari nilai gizi makanan, sampai peringatan bahayanya menyentuh benda elektronik dengan tangan basah. Tak ada penyakit, tak ada terorisme - dunia yang sepintas terlihat seperti surga. Tapi, bagi Kirie Tuan, dunia ini sama sekali tak menggairahkan.

Sewaktu remaja, Tuan bertemu Mihie Miach, seorang gadis unik yang amat sangat cerdas, dan membenci dunia yang sangat damai ini. Miach memberi pengaruh sangat besar dalam kehidupan Tuan, terutama setelah Miach tewas bunuh diri sebagai bentuk protes terhadap dunia yang 'ramah' ini. 13 tahun setelahnya, Tuan menjadi agen WHO, dan terlibat dalam kasus bunuh diri massal yang janggal, dan juga merenggut nyawa Cian; teman lamanya, yang dahulu merencanakan bunuh diri bersama-sama Tuan dan Miach.

Banyak yang berkomentar, ada baiknya membaca ini dulu baru menonton movie-nya. Dan saya cukup setuju, karena walau gol-nya sama, ada perbedaan di antara dua versi ini. Cuma, kalau saya boleh subjektif, versi movie-nya lebih terasa bikin miris di akhir.

Minggu, 20 Maret 2016

Shonen Princess - Putri Harimau Naoko



Naotora adalah putra Menteri Luar Negeri Jepang, yang gara-gara ulah ayahnya terpaksa menikah dengan Pangeran dari Kerajaan Urunei.

Kerajaan mana itu? Biar saya beri tahu.
Inilah petanya;



Jadi, sekarang tahu kan, kenapa sub-judulnya kayak begitu?
Maksudnya ini Brunei, kali, ya?

Singkat cerita, Nao disuruh menyamar jadi cewek (yang untungnya sukses berkat mukanya yang imut) dan menikahi Pangeran Ahmad. Nao tentu saja ogah setengah mati, tapi memang sudah takdir (baca: apes), semua tindakannya untuk membuat pihak Urunei hilang selera, malah berbalik membuat orang menyukainya. Dan tentu saja Pangeran Ahmad pun tak terkecuali.

Tapi, kejutan bagi Nao belum usai, karena ternyata Pangeran Ahmad yang super ganteng sampai bisa membuat Nao deg-degan adalah... seorang cewek. Seksi pula.

Dalam satu kata, komik ini adalah cerita bodoh. Memang ada masalah politik di dalamnya, tipikal perebutan kekuasaan dan sejenisnya, tapi, saya cukup suka idenya yang reverse, dan sesekali lucu juga melihat cowok pontang-panting cross-dress seperti ini. Endingnya, sedikit menyisakan masalah tak terpecahkan, tapi overall, memuaskan.

Kamis, 10 Maret 2016

URAKATA!!



Kurisu Ranmaru tak pernah merasa dirinya berguna sepanjang hidupnya. Sebagai putra nelayan, dia tak punya harapan meneruskan pekerjaan ayahnya lantaran mudah mabuk laut. Di kotanya pun dia tidak punya teman dekat karena 'kesalahan'nya semasa sekolah. Tapi, begitu masuk kuliah di Tokyo, Ranmaru menemukan dunia baru, dimana dia mendapati orang sepertinya yang sebenarnya terampil sekali dalam membuat printilan bisa memiliki tempat; menjadi Urakata atau petugas balik panggung.
  
Apakah dia masuk dengan suka rela? Tentu saja tidak, karena dia kan orang yang amat sangat negatif. Tapi, Goda Ryuji sang ketua Urakata menyeretnya, karena merasa kemampuan Ranmaru akan sangat berguna bagi kelompoknya. Plus, Goda tidak suka melihat Ranmaru yang menurutnya 'membusukkan nalar'. Singkat cerita, setelah satu-dua percobaan kerja dan berbagai kehebohan yang menyertainya, Ranmaru pun menetapkan diri untuk bergabung dengan Urakata.

Sebagai komik shojo, Urakata sangatlah menarik, karena fokusnya bukan percintaan semata, melainkan interaksi para karakter yang mendedikasikan diri untuk menciptakan sebuah karya yang 'bagus'. Dan sebagai bonus tambahan, banyak pengetahuan tentang a-b-c di balik panggung sebuah film.

Saya pribadi tertawa dan menikmati sekali melihat karakter komik ini, yang merupakan parodi dari nama-nama sutradara ternama;
  • Kurisu Ranmaru = Chris Nolan
  • Goda Ryuji = Jean-Luc Godard
  • Enjouji Ruka = George Lucas
  • Samura Izumi = Sam Raimi
  • Rokubu Maasa = Rob Marshall
  • Tenba Tomu = Tim Burton
  

Sabtu, 05 Maret 2016

Daughter of Smoke and Bone



Sebuah dunia dimana di sisi kehidupan 'membosankan' manusia yang terkesan monoton terdapat Malaikat dan Chimera, yang terus bertarung untuk sesuatu yang - di awal ini setidaknya - sudah sangat samar karena lamanya.

Secara konsep, saya mengakui novel ini OK.
Penokohan pun tidak terlalu buruk. Setidaknya saya bisa suka pada satu-dua karakter. Itu sudah poin lebih.
Narasi juga menarik, walau kadang membuat lelah, tapi kemasannya indah, jadi mata tetap bisa terpaku pada tulisan.

Satu-satunya yang membuat saya JENUH dan lama-kelamaan sebal pada cerita ini adalah keberadaan Akiva.

Pertama, betapa dia digambarkan sempurna.
Kedua, atribut-atribut yang semuanya mengacu pada pola GARY STU alias TOKOH SUPER SINETRON.

Ketiga, sekalipun bukan ranah favorit, saya cukup tolerir pada percintaan. Dan pecintaan di sini jelas melampaui batas tolerir saya.

Sejujurnya, saya penasaran pada kelanjutan buku ini.
Masalahnya, apa saya bisa tahan dengan Akiva LAGI?

Selasa, 01 Maret 2016

PSYCHO-PASS



Di masa depan, kehidupan manusia nyaris seluruhnya ditentukan oleh apa yang disebut Sibyl System. Sistem ini menentukan dengan akurat mulai dari pilihan karier sampai jodoh. Tidak ada lagi yang namanya pengangguran, atau PHK sepihak. Tapi, tentu saja, itu hanyalah tampak luar, karena selalu ada faktor-faktor X yang mendorong manusia untuk berlaku bodoh.

Tsunemori Akane, seorang polisi rookie memilih kariernya karena merasa inilah memang jalan hidupnya. Namun, berurusan dengan para enforcer yang kerap disebut anjing pemburu kepolisian, wawasan Akane semakin bertambah, dan - walau tak menyesali atau mempertanyakan pilihan kariernya, Akane akhirnya menyaksikan sosok sejati dari Sibyl, yang tentu saja, didirikan dari tumpukan korban tak bernama.

Novelisasi yang sangat memuaskan, itulah komentar singkat saya tentang buku ini.

Saya tidak akan mengatakan buku ini lebih unggul dari animenya, tapi yang pasti, membaca buku ini setelah menonton animenya memberikan BANYAK sekali penjelasan yang membuat saya lebih memahami setting Psycho Pass. Mengejutkan bahwa yang dipaparkan dalam anime ternyata hanya 70% dari setting yang ada. Amerika ternyata sudah hancur, dan Jepang kembali menutup diri dari pengaruh negara lain, misalnya (walau tidak sepenuhnya).

Khas novelisasi (atau dalam kasus ini, karena awalnya ini disusun seperti novel), tentu saja ada perbedaan di sana-sini. Yang langsung saya sadari adalah isu yuri yang sangat ditonjolkan di novelnya. Yah, namanya juga Fukamin, malah aneh kalau sudah ada bahan tapi tidak dimasak dengan mantap.

Sebagai beta version dari animenya, novel ini sangat menghibur, dan memperjelas banyak foreshadow yang ditampilkan di anime, seperti kenapa Yayoi menanggapi dingin saja atas lenyapnya Kougami di akhir. Atau bahwa Kagari memang tewas tak bersisa, yang di anime ditampilkan sangat menggantung pada awalnya.

Lainnya, mungkin terlihat betapa karakter yang terkesan seperti sampingan di animenya, di sini diberi peran sendiri. Kagari bahkan mendapat cerita pendek tentang kehidupannya sebelum jadi Enforcer, serta pendapatnya tentang para anggota Divisi 1.

Beberapa detail lain yang terkesan seperti info-dump sering terlihat, tapi kalau dibaca lagi, menurut saya itu memperkuat setting. Jadi, tidak akan mengganggu. Apalagi, yang disebut info-dump itu hanya memakan dua halaman kurang. Jauh berbeda dengan beberapa novel yang memasang SEPULUH halaman penjelasan belaka. Ini setidaknya dikemas dalam situasi yang mendukung plot.

Minggu, 28 Februari 2016

Misteri Patung Garam



Terjadi kasus pembunuhan misterius, yang jelas-jelas dilakukan oleh orang sinting. Semua korban diawetkan oleh garam, dan diposekan sedemikian rupa, entah untuk tujuan apa. Kiri, penyelidik khusus yang ditunjuk oleh polisi melacak jejak sang pelaku, sambil menjalani kehidupannya yang jadi agak gaduh setelah memungut seorang anak jalanan. Untung bagi Kiri, kekasihnya tidak memprotes ulah Kiri yang seperti memungut kucing liar ini.

Salah satu poin plus buku ini adalah nyaris tak ada karakter yang jadi sekedar pajangan belaka. Misteri yang disajikan juga oke, dalam artian tidak murahan, dan alasan si pelaku... Yah, saya hanya akan bilang, namanya juga orang sinting.

Satu-satunya keluhan saya hanyalah endingnya, yang terlalu mengindikasikan sekuel, padahal saya pribadi menganggap ini sebaiknya sudah cukup sampai sini.

Tentu saja, kalau pengarang merilis kisah baru dengan tokoh utama yang sama, pasti saya baca.

Selasa, 16 Februari 2016

PSYCHO-PASS Zero / Namae no Nai Kaibutsu



Bersetting tiga tahun sebelum Akane Tsunemori (tokoh utama di series) bergabung ke Divisi 1.
Kougami Shinya kerap dipusingkan oleh Sasayama Mitsuru, Enforcer bawahannya. Sasayama tidak membenci Kougami, tapi seringkali mereka cekcok karena Kougami terlalu 'polos', sedangkan Sasayama telah terbiasa merasakan dan melihat kegelapan hati manusia.

Suatu hari, Sasayama bertemu seorang gadis berkeliaran di distrik Oushima, yang dikenal sebagai wilayah tak bertuan dan rawan kejahatan. Touko, gadis itu tengah mengejar (baca; stalking) guru sekolahnya, Touma Kozaburo, yang diam-diam ditaksirnya. Sasayama yang baru saja kehilangan adik perempuan merasakan kemiripan Touko dengan adiknya, sehingga tak bisa membiarkannya.

Dalam pertemuan kedua mereka, kembali di distrik Oushima, keduanya menjadi cukup akrab. Terutama setelah Sasayama memuji dan mengajarkan Touko cara memotret yang benar.
Sementara itu, kota tengah dihantui kasus pembunuhan sadis dimana mayat korban dijadikan spesimen dan dipajang di tempat umum. Divisi 1 tidak dapat jatah, tapi Sasayama yang mencurigai Touma - dan mencemaskan Touko karenanya berusaha menyelidiki kasus tersebut diam-diam.

Walaupun bukan ditulis oleh Fukami Makoto, novel ini tidak kalah menarik dengan seri utamanya. Bahkan saya bilang, Namae no Nai Kaibutsu ini lebih unggul karena menampilkan kekerasan yang tidak ditutup-tutupi sewaktu Touma membunuh korban ketiganya dengan menggunakan bolpoin.

Dan tentu saja, bagian favorit saya; serpis kipas angin yang menampilkan Yayoi di ruang kerja Shion.

Kalaupun ada keluhan, hanyalah ending yang sangat pahit, tapi bisa saya terima karena tidak terkesan 'kejar setoran'. Bagaimanapun, akhir itu sesuatu yang sudah pasti, sepasti nasib para Gold Saint di Saint Seiya Lost Canvas.

Rabu, 10 Februari 2016

Tokyo Babylon



Sisi kelam dunia model, itulah premis yang saya tangkap dari kisah ini.

Fukuyama Otone adalah model yang sedang naik daun, dan dipuja banyak orang.
Sayang, sifat Otone jauh dari sempurna. Bahkan kekasih yang selalu setia mendampinginya dianggap tak lebih dari kacung semata.

Karma menghampiri Otone lebih cepat dari yang dibayangkan. Masa kejayaan Otone memudar dengan naiknya seorang pendatang baru, yang bahkan merebut kekasihnya.

KALAU ini masih tahun 90-an, plot-nya mungkin mengarah ke bagaimana Otone memulai kembali dari bawah dengan mental yang lebih baik.

Sayangnya, novel ini seolah tidak mengedepankan pola pikir 'manusia bisa berubah' dalam artian positif.

Tapi saya harus memberi acungan jempol untuk plot-device tentang kekasih Otone, serta ending buku ini.

Rabu, 13 Januari 2016

Machida-kun No Sekai



Machida Hajime. Anak SMA berkacamata yang sangat biasa.

Wajah biasa, nilai biasa (cenderung anjlok, malah), dan sadar benar kalau dirinya sangat biasa.
Tapi, Machida punya satu kelebihan.

Dia menyukai orang lain, dan walau tak disadari, dia seringkali membuat orang 'senang' dengan tindakan-tindakan yang tidak menyolok, ataupun ucapan-ucapan yang sepintas mungkin terlihat seperti lip service semata.
Bukan karena ingin, tapi karena spontan. Seperti itulah Machida.

Machida tahu dirinya tidak sempurna, karena itu dia selalu bisa melihat 'kehebatan' dari satu tindakan yang dilakukan orang lain.
Keberanian untuk 'menembak' walau pernah ditolak berulang kali.
Niat untuk berubah yang diawali dari kepengecutan.
Hasrat untuk terus menyukai satu orang yang sama.
Keinginan berteman, yang terpendam di balik mulut yang pedas.

Komik ini adalah slice of life terbaik yang saya temukan dalam dua tahun terakhir.
Mungkin agak lebay, tapi di tengah buku dan film-film angst nan kelam, Machida benar-benar memberi secerah harapan yang indah.

Minggu, 10 Januari 2016

The Red Pyramid



Alasan utama saya mengambil buku ini; saya suka cerita yang mengocok-ocok mitologi. Apalagi kali ini mitologi MESIR yang diangkat.

Mesir sudah jadi salah satu bagian penting dalam sejarah karier saya, berkat CMB dan Domitor Leo. Kesampingkan kisah-kisah kurang menyenangkannya dulu, konsep dewa-dewi mereka serta kehidupan alam gaibnya selalu menarik untuk dibaca.

Dan tentang buku ini sendiri, kali ini pun saya puas dengan lelucon garing pengarang (serta kelihaian penerjemah) yang disusupkan dalam situasi yang sebenarnya sedang genting.

Secara singkat, novel ini berkisah tentang kakak-beradik Kane, yang hidup tercerai-berai semenjak insiden misterius yang menyebabkan ibu mereka menghilang. Carter dan Sadie bertemu kembali bertahun-tahun kemudian saat ayah mereka mencoba melakukan sebuah ritual di British Museum. Ternyata ini malah membuat keduanya kehilangan ayah juga, dan terpaksa bahu-membahu bertahan hidup dari monster-monster dan makhluk yang selama ini hanya mereka kenal dari mitologi belaka.

Satu-satunya yang saya cemaskan cuma...
Please, cerita ini jangan ditarik-ulur nantinya!! Jangan kayak yang satunya lagi...!!