Rabu, 21 September 2016

Ohitori Shokudo


Kedai Sei-chan adalah rumah makan kecil yang tidak menyolok. Hanya punya 7 kursi, dan dikelola oleh Seiichiro, pemuda pemalu berkacamata yang meneruskan rumah makan ini sejak ayahnya tiada. Tidak ada menu istimewa, tapi selalu punya pengunjung karena rasa masakannya yang dinilai 'rasa masakan ibu' dan kebersihannya.

Seiichiro yang kerap dipanggil Sei-chan sebenarnya punya sisi lain yang tak pernah diduga oleh para pelanggan; dia seorang gitaris rock band yang cukup terkenal. Rekan-rekannya tentu saja tahu tentang ini, dan tak pernah protes, kecuali bahwa tour selalu hanya bisa di hari Sabtu, Minggu atau libur panjang Obon dan tahun baruan (karena pelanggan yang kebanyakan pekerja kantoran hanya libur di saat itu).

Komik ini tidak menjual gambar makanan yang sangat menggoda seperti banyak komik kuliner pada umumnya, tapi nuansa slice of life yang disajikan di dalamnya sangat bagus dan tidak memberikan konflik sok berat atau kompetitif tidak penting. Stereotype ayah keras kepala yang kolot pun tak ada di sini (almarhum ayah Sei-chan digambarkan sering menonton konser putranya, bahkan sampai dive segala).
Selain kehidupan ga
nda Sei-chan, poin drama lain kisah ini adalah bagaimana Sei-chan berinteraksi dengan pengunjung perempuan - yang mana salah satunya menjadi pemicu untuk buka sampai malam (kedai makan perkantoran biasanya hanya beroperasi siang). Sei-chan yang polos mudah jatuh hati dengan pengunjung, tapi karena sikap pemalu dan memang belum beruntung, dia tetaplah jomblo yang disukai orang-orang sekitarnya.

Satu-satunya keluhan saya untuk komik ini hanyalah kurangnya masakan yang tampil di dalamnya, tapi tidak mengurangi nilai positifnya, yang nyaris sempurna (penilaian super subjektif saya).